Nama : IIN ARIANI
Nim : 292010063 / RS 10 C
PENDIDIKAN KARAKTER
A. Hakikat
Pendidikan Berkarakter
Di era globalisasi ini perkembangan disegala bidang
kehidupan menjadi begitu beragam dan begitu kompleks pula permasalahan yang
dihadapi. Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa serta ancaman
disintegrasi bangsa sudah semakin kelihatan pula. Oleh karena itu sangat
pentingnya pendidikan berkarakter bagi semua pihak. Sebagaimana diamanatkan
dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, pemerintah menjadikan pembangunan
karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pendidikan
berkarakter sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
“mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila.” Hal ini juga sesuai dengan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”
Pendidikan berkarakter mencakup tentang pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,memelihara apa
yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan
kebiasaan ( habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik
menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan
(afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata
lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek
“pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik
atau loving good (moral feeling ), dan perilaku yang baik (moral action).
Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa,
pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter
bangsa. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan,
pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter
dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan
keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif,
mediamassa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk Pembangunan Karakter,
2010).
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa
yang tangguh,kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik,berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk :
a) Mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik,berpikiran baik, dan berperilaku baik.
b) Memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
c) Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
C.Nilai-nilai Pembentuk Karakter
Ada 18 nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu:
1. Religius,
2. Jujur,
3. Toleransi,
4. Disiplin,
5. Kerja
keras,
6. Kreatif,
7. Mandiri,
8. Demokratis,
9. Rasa
Ingin Tahu,
10. Semangat
Kebangsaan,
11. Cinta
Tanah Air,
12. Menghargai
Prestasi,
13. Bersahabat/Komunikatif,
14. Cinta
Damai,
15. Gemar
Membaca,
16. Peduli
Lingkungan,
17. Peduli
Sosial, &
18. Tanggung
Jawab
( Pusat
Kurikulum.Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman
Sekolah. 2009:9-10).
D.Proses
Pendidikan Karakter
Proses
pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakupseluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan totalitas sosial-kultural dalam
berinteraksi di lingkungan masyarakat.
Totalitas proses psikologis dan
sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam:
(1) Olah hati (spiritual &
emotional development);
(2) Olah pikir (intellectual development );
(3) Olah
raga dan kinestetik ( physical & kinesthetic development ); dan
(4) Olah
rasa dankarsa ( affective and creativity development ).
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
A A. Strategi
di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
1.Stream Top Down
Dalam
stream ini pemerintah menggunakanlima strategi yang dilakukan secara koheren,
yaitu:
a. Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun
kesadaran kolektif tentang pentingnyapendidikan karakter pada lingkup/tingkat
nasional, melakukan gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk
semua.
b. Pengembangan Religius
Untuk terus mengakselerasikan dan
membumikan Gerakan Nasional PendidikanKarakter, Kementerian Pendidikan Nasional
bergerak mengonsolidasi diri di tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya
pengembangan regulasi untuk memberikan payung hukum yang kuat bagi pelaksanaan
kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter.
c.Pengembangan kapasitas Kementerian
Pendidikan Nasional
Secara komprehensif dan massif akan
melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter.
Perlu disiapkan satu sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan pendidikan
karakter yang akanmenjadi aktor terdepan dalam mengembangkan dan
mensosialisikan nilai-nilai karakter.
d.Implementasi dan kerjasamaKementerian
Pendidikan Nasional
Mensinergikan berbagai hal yang terkait
denganpelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi, dan
sasaran unit utama.
e.Monitoring dan evaluasi
Secara komprehensif Kementerian
Pendidikan Nasional akan melakukan monitoring dan evaluasi terfokus pada tugas,
pokok, dan fungsi serta sasaran masing-masing unit kerjabaik di Unit Utama
maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder pendidikan lainnya.
Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan mengendalikan
pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja.
2.Stream Bottom up
Pemerintah memberikan
bantuan teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan
pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas dilingkungan sekolah tersebut.
3.Stream Revitalisasi Program
M
erevitalisasi kembali
program-program kegiatan pendidikan karakter di mana pada umumnya banyak
terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan
nilai-nilai karakter.
Integrasi
Tiga Pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi)
Ketiga jalur/tingkat top
down yang lebih bersifat intervensi, bottom
up yang lebih bersifat penggalian best practice dan habituasi ( kebiasaan ),
serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat
pemberdayaan.
1.Penyusunan perangkat kebijakan di
tingkat kabupaten/kota.
2.Penyiapan dan penyebaran bahan
pendidikan karakter yang diprioritaskan
Bahan pendidikan karakter yang dibuat
dari pusat, sebagian masih bersifat umum danbelum mencirikan kekhasan daerah
tertentu. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian dan penambahan baik indikator
maupun nilai itu sendiri berdasarkan kekhasan daerah.
3.Memberikan dukungan kepada Tim
Pengembang Kurikulum (TPK) tingkat kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan Pembinaan.
C.Strategi
di Tingkat Satuan Pendidikan
1.Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan
pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru
dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
2.Pengembangan
Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan
budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan
diri, yaitu:
a.Kegiatan
rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten
setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksanaan
kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas,
berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu
guru, tenaga pendidik, dan teman.
b.Kegiatan
spontan, dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat
ketika terjadi bencana.
c.Keteladanan,
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik contoh
melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan bagi
peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan,
kasihsayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.
d.Pengkondisian
yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter,
misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan,
poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
3.Kegiatan
ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi
terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung
pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman
pelaksanaan,pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung
pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan
ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.Kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat.
Dalam
kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter
yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hal
yang sangat penting bagi semua pihak baik bagi orang dewasa maupun para anak – anak.
Oleh karena itu pemerintah pun juga mewajibkan untuk semua warga negara yang
memiliki anak di usia sekolah wajib untuk menyekolahkan anaknya, agar tuntas
belajar sembilan tahun. Selain itu pendidikan diarahkan menuju pendidikan yang
tidak hanya menekankan pada tingkat kemampuan kognitif saja, tetapi harus
diimbangi dengan pendidikan yang berakarakter, sehingga anak selain mendapatkan
pengetahuan yang luas, anakpun dapat memiliki pribadi yang unggul sesuai dengan
tuntutan masayarakat dan anak dapat bersosialisasi dengan perilaku, kepribadian
yang baik. Semua itu akan terlaksana dengan baik jika ada dukungan serta
kerjasama yang baik antara komponen yang bersangkutan, baik dari pemerintah,
keluarga, masyarakat, serta pihak sekolah, karena komponen – komponen tersebut
sangat penting agar tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan dengan baik. Untuk
mencapi pendidikan yang berkarakter ini membutuhkan waktu yang lama serta
berkesinambungan. Pendidikan berkarakter ini menekankan pada setiap perilaku
ataupun sikap peserta didik yang baik, peserta didik dapat memilki serta
menggunakan dan mengaplikasikan berbagai aspek baik dari dalam dirinya maupun
lingkungan sekitarnya. Peserta didik harus memiliki karakter ( olah hati, olah
pikir, olah raga, dan olah rasa ). Keempat karakter ini harus dimililki anak
didik, jika ingin mewujudkan pendidikan yang berkarakter. Untuk mewujudkan hal
tersebut selain membutuhkan waktu yang lama juga membutuhkan kebiasaan serta
diulang – ulang agar semua aspek positif dari pendidikan karakter ini dapat
melekat erat pada peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar