Jumat, 23 Maret 2012

PENDIDIKAN KARAKTER



Nama : IIN ARIANI
Nim    : 292010063 / RS 10 C

PENDIDIKAN KARAKTER

            A.    Hakikat Pendidikan Berkarakter

Di era globalisasi ini perkembangan disegala bidang kehidupan menjadi begitu beragam dan begitu kompleks pula permasalahan yang dihadapi. Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa serta ancaman disintegrasi bangsa sudah semakin kelihatan pula. Oleh karena itu sangat pentingnya pendidikan berkarakter bagi semua pihak. Sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pendidikan berkarakter sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.” Hal ini juga sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Pendidikan berkarakter mencakup tentang pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,memelihara apa yang baik & mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan ( habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling ), dan perilaku yang baik (moral action).





Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa, pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa. Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, mediamassa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk Pembangunan Karakter, 2010). 

           B. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh,kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Pendidikan karakter berfungsi untuk :
a)   Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,berpikiran baik, dan berperilaku baik.
b)      Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
c)      Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

C.Nilai-nilai Pembentuk Karakter

Ada 18 nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu:
1.      Religius, 
2.      Jujur,
3.     Toleransi,
4.      Disiplin,
5.      Kerja keras,
6.      Kreatif,
7.      Mandiri,
8.      Demokratis,
9.      Rasa Ingin Tahu,
10.  Semangat Kebangsaan,
11.  Cinta Tanah Air,
12.  Menghargai Prestasi,
13.  Bersahabat/Komunikatif,
14.  Cinta Damai,
15.  Gemar Membaca,
16.  Peduli Lingkungan,
17.  Peduli Sosial, &
18.  Tanggung Jawab
  ( Pusat Kurikulum.Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).

D.Proses Pendidikan Karakter

    Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakupseluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan totalitas sosial-kultural dalam berinteraksi di lingkungan masyarakat.
Totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: 



(1) Olah hati (spiritual & emotional development); 

(2) Olah pikir (intellectual development ); 

(3) Olah raga dan kinestetik ( physical & kinesthetic development ); dan 

(4) Olah rasa dankarsa ( affective and creativity development ). 





STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER

A         A. Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional

   1.Stream Top Down
    Dalam stream ini pemerintah menggunakanlima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu:

 a.   Sosialisasi
          Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnyapendidikan karakter pada lingkup/tingkat nasional, melakukan gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.



b. Pengembangan Religius

         Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional PendidikanKarakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak mengonsolidasi diri di tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya pengembangan regulasi untuk memberikan payung hukum yang kuat bagi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter.



 c.Pengembangan kapasitas Kementerian Pendidikan Nasional
     Secara komprehensif dan massif akan melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter. Perlu disiapkan satu sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan pendidikan karakter yang akanmenjadi aktor terdepan dalam mengembangkan dan mensosialisikan nilai-nilai karakter.

 d.Implementasi dan kerjasamaKementerian Pendidikan Nasional
        Mensinergikan berbagai hal yang terkait denganpelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi, dan sasaran unit utama.
 e.Monitoring dan evaluasi
     Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan monitoring dan evaluasi terfokus pada tugas, pokok, dan fungsi serta sasaran masing-masing unit kerjabaik di Unit Utama maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, serta Stakeholder pendidikan lainnya. Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter di setiap unit kerja.

    2.Stream Bottom up



     
 Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas dilingkungan sekolah tersebut.




3.Stream Revitalisasi Program





       M

erevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter di mana pada umumnya banyak terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.




Integrasi Tiga Pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi)
        Ketiga jalur/tingkat top down  yang lebih bersifat intervensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian best practice dan habituasi ( kebiasaan ), serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan.

         B.Strategi di Tingkat Daerah 

1.Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat kabupaten/kota.

2.Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
Bahan pendidikan karakter yang dibuat dari pusat, sebagian masih bersifat umum danbelum mencirikan kekhasan daerah tertentu. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian dan penambahan baik indikator maupun nilai itu sendiri berdasarkan kekhasan daerah.

3.Memberikan dukungan kepada Tim Pengembang Kurikulum (TPK) tingkat kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan Pembinaan.

C.Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan

1.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga peserta didik mampu untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

2.Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:

a.Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksanaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.

b.Kegiatan spontan, dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

c.Keteladanan, merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik   contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapihan, kasihsayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.

d.Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.

3.Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman pelaksanaan,pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.

4.Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat.





KESIMPULAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua pihak baik bagi orang dewasa maupun para anak – anak. Oleh karena itu pemerintah pun juga mewajibkan untuk semua warga negara yang memiliki anak di usia sekolah wajib untuk menyekolahkan anaknya, agar tuntas belajar sembilan tahun. Selain itu pendidikan diarahkan menuju pendidikan yang tidak hanya menekankan pada tingkat kemampuan kognitif saja, tetapi harus diimbangi dengan pendidikan yang berakarakter, sehingga anak selain mendapatkan pengetahuan yang luas, anakpun dapat memiliki pribadi yang unggul sesuai dengan tuntutan masayarakat dan anak dapat bersosialisasi dengan perilaku, kepribadian yang baik. Semua itu akan terlaksana dengan baik jika ada dukungan serta kerjasama yang baik antara komponen yang bersangkutan, baik dari pemerintah, keluarga, masyarakat, serta pihak sekolah, karena komponen – komponen tersebut sangat penting agar tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan dengan baik. Untuk mencapi pendidikan yang berkarakter ini membutuhkan waktu yang lama serta berkesinambungan. Pendidikan berkarakter ini menekankan pada setiap perilaku ataupun sikap peserta didik yang baik, peserta didik dapat memilki serta menggunakan dan mengaplikasikan berbagai aspek baik dari dalam dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik harus memiliki karakter ( olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa ). Keempat karakter ini harus dimililki anak didik, jika ingin mewujudkan pendidikan yang berkarakter. Untuk mewujudkan hal tersebut selain membutuhkan waktu yang lama juga membutuhkan kebiasaan serta diulang – ulang agar semua aspek positif dari pendidikan karakter ini dapat melekat erat pada peserta didik.

                                                               DAFTAR PUSTAKA



Ramly, Mansyur. 2011. Pendidikan Karakter. http://www.scribd.com/hanif_cin/d/57915145/2-A-Hakikat-Pendidikan-Karakter ( diakses 24 Maret 2012.













Selasa, 20 Maret 2012

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

QUANTUM TEACHING


              A.  Pengertian Quantum Teaching

Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah model  pembelajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Quantum Teaching adalah model pengajaran seperti konser musik. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid Anda. Anda seolah – olah sedang memimpin konser saat berada di ruang kelas. Anda memahami sekali bahwa setiap murid Anda memiliki karakter masing – masing, sebagaimana alat musik seperti seruling, gitar, misalnya memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar. Proses belajar atau mengajar adalah fenomena yang kompleks, segala sesuatu berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana Anda mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. ( Lozanov, 1978 ).
Menurut Bobby De Porter :“Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara – cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian – pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.
Menurut Colin Rose juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah – olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum  yaitu:
E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian quantum teaching adalah pengubahan bermacam – macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar moment belajar. Interaksi – interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan  yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.

B.  Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:  
           
1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3.  Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4.  Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll

C. Model Quantum Teaching

a.    Konteks, yaitu latar untuk pengalaman. Erat kaitannya dengan penataan panggung dalam kelas, agar proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Hal ini dilakukan untuk mengubah:
1.  Suasana yang menggairahkan.
Lingkungan sosial (suasana kelas) merupakan penentu psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar akademis ( Walberg dan Greenberg, 1997 dalam DePorter, 2000).
points untuk membangun suasana yang menggairahkan adalah :
a)      Kekuatan – terpendam – niat
Keyakinan guru akan potensi siswa dan kemampuan siswa untuk belajar dan berprestasi sangat penting untuk diperhatikan, karena aspek tersebut berdampak sangat besar pada proses belajar dan pola pikir pelajar yang diciptakan guru (Caine dan Caine, 1977 dalam DePorter, 2000).
Kunci untuk membangun ikatan emosi tersebut adalah menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan semua ancaman dari suasana belajar.
b)      Jalinan rasa simpati dan saling perhatian
Guru harus membangun hubungan – rasa simpati dan saling perhatian dengan siswa. Hubungan seperti itu akan membangun jembatan menuju kehidupan siswa, memasuki dunia baru mereka, mengetahui minat, berbagi kesuksesan dengan mereka, dan berbicara dengan bahasa hati ( DePorter, 2000)
c)      Keriangan dan ketakjuban
Pengajar membuat proses mengajar-belajar tidak hanya menggembirakan bagi pengajar namun juga mengubah sikap negatif siswa dan menyiapkan mereka untuk belajar.
d)     Pengambilan resiko
Siswa diajak keluar dari “zona amannya” sehingga ia merasakan pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman baru itu akan menjadi proses belajar baginya
e)      Rasa saling memiliki
Rasa saling memiliki dapat menciptakan kebersamaan dalam tim. Rasa kebersamaan ini membuat setiap anggota tim merasa memiliki kemampuan unutuk berusaha memajukan timnya.
f)       Keteladanan
Semakin banyak pengajar memberikan teladan yang baik, maka siswa akan semakin tertarik untuk mencontohnya.

      2. Landasan yang kukuh
a)      Integritas: Bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai dengan perilaku.
b)      Kegagalan Awal Kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang dibutuhkan unutk meraih kesuksesan.
c)      Bicaralah dengan Niat Baik: Berbicara dengan pengertian positif, dan bertanggung jawab untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus.
d)     Hidup di Saat Ini: Pusatkan perhatian pada saat ini dan kerjakan dengan sebaik-baiknya.
e)        Komitmen: Penuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
f)         Tanggung Jawab: Bertanggungjawab atas tindakan.
g)        Sikap Luwes dan Fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
h)        Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa.

3. Lingkungan yang mendukung
a)      Lingkungan sekeliling
Guru dapat menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran. Contoh yang dapat dilakukan oleh guru :
 poster ikon/simbol: dipajang pada setiap konsep utama yang diajarkan dan digambarkan di atas selembar kertas berukuran 25x40cm/lebih besar.
 Poster Afirmasi: Poster-poster disekeliling ruangan “mengucapkan” afirmasi   seperti dialog internal sehingga menguatkan keyakinan siswa tentang belajar dan tentang isi yang diajarkan.
  Gunakan Warna: untuk memperkuat pengajaran dan belajar siswa karena otak berfikir dalam warna.
b)       Alat bantu ( benda yang dapat mewakili suatu benda).
Alat bantu dapat membantu pembelajaran visual dan juga kinestetik. Bagi siswa yang kinestetik dapat memegang alat bantu dan mendapatkan rasa yang lebih baik dari ide yang disampaikan oleh guru. Contohnya: boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra.
c)       Pengaturan bangku
Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksible dengan memposisikan berhadap – hadapan saat kerja kelompok atau menghadap ke depan untuk tetap fokus ke depan saat pemutaran video, presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain.
d)     Tumbuhan, aroma, dan unsur – unsur organik lainnya.
 Tumbuhan
Biologi dan botani mengajarkan bahwa tumbuh – tumbuhan menyediakan oksigen dan otak berkembang karena oksigen. Semakin banyak oksigen yang didapat semakin baik otak berfungsi.
• Aroma
Manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan wangi bunga tertentu ( Hirsch, 1993)
e)      Musik
musik bermanfaat untuk menata suasana hati, meningkatkan hsil belajar yang diinginkan serta menyoroti hal – hal penting.
     4. Rancangan yang dinamis
 Perancangan pengajaran yang dinamis :
a)           Jembatani jurang antara guru – siswa dengan perancangan pelajaran
1)        dari dunia mereka ke dunia kita
2)        modalitas belajar Visual – Auditori – Kinestetik
3)        model kesuksesan dari pandang perancang
kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
Ø TUMBUHKAN – minat yang memuaskan AMBAK (apa manfaat bagiku)
Ø ALAMI – ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti
Ø NAMAI – sediakan kata kunci, model, rumus, strategi
Ø DEMONSTRASIKAN – berikan kesempatan sampai mereka tahu
Ø ULANGI – tunjukkan cara mengulang materi
Ø RAYAKAN – pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi
4). Kecerdasan berganda SLIM N BIL Dr. Howard Gardner
SLIM N BIL yaitu :
·  Spasial – visual  berfikir dalam citra dan gambar (melibatkan kemampuan memahami hubungan ruang dan citra mental)
·        Linguistik – Verbal  berfikir dalam kata-kata (melibatkan kemampuan memahami dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan menafsirkan).
·   Interpersonal  berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain (mengacu pada keterampilan manusia dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain).
·        Musikal – Ritmik  berfikir dalam irama dan melodi.
·     Naturalis  berfikir dalam acuan alam (dapat melihat hubungan dan pola dunia alamiah dan mengidentifikasi dan berinteraksi dengan proses alam).
·  Badan – Kinestetik berfikir melalui sensasi dan gerakan fisik (merupakan kemampuan mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan).
·        Intrapersonal berfikir secara reflektif (mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri).
·    Logis – matematis berfkir dengan penalaran (melibatkan pemaecahan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematis).
5).  Penggunaan metafora, perumpamaan dan sugesti
Ø  Metafora – kebanyakan sistem konseptual normal kita terstruktur secara metaforis yaitu sebagian besar konsep difahami sebagian dalam konsep lain
Ø  Perumpamaan , 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual
Ø  sugesti
b. Isi, dalam bagian ini, pengajar akan menemukan keterampilan penyampaian untuk kurikulum apapun disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atau apa yang mereka pelajari.
1).  Penyampaian/ presentasi materi yang prima
Guru yang seorang Quantum Teacher mempunyai ciri-ciri dalam berkomunikasi yaitu :
a)      Antusias : menampilkan semangat untuk hidup
b)      Berwibawa : menggerakkan orang
c)      Positif : melihat peluang dalam setiap saat
d)     Supel : mudah menjalin hubungan dengan beragam peserta didik
e)      Humoris : berhati lapang untuk menerima kesalahan
f)       Luwes : menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil
g)     Menerima : mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk menemukan nilai-nilai inti
h)      Fasih : berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
i)        Tulus : memiliki niat dan motivasi positif
j)        Spontan : dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
k)  Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup peserta didik dan peduli akan diri peserta didik
l)        Menganggap peserta didik “mampu” : percaya akan keberhasilan siswa
m)    Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman kualitas hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap peserta didik untuk berusaha sebaik mungkin. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, ada beberapa prinsip komunikasi ampuh, antara lain adalah memunculkan kesan, mengarhkan fokus, inklusif (mengajak) dan spesifik (tepat sasaran). Selain itu, diperlukan juga komunikasi nonverbal antara lain kontak mata, ekspresi wajah,nada suara, gerak tubuh dan postur
2).  Fasilitas yang elegan
untuk tetap menjaga minat siswa dalam belajar, pada dasarnya mengacu pada tiga prinsip:
a)      Know it : mengetahui apa yang pengajar inginkan sebagai hasil akhirnya
b)      Explain it: menjelaskan hasilnya
c)      Get it and give back: mendaptkan hasilnya dan memberikan umpan balik
3). Keterampilan belajar
Keterampilan belajar diperlukan agar siswa dapat memahami sebgaian informasi dalam waktu yang lebih singkat, menyerap lebih banyak dan merasa sekolah itu menyenangkan.
Guru dapat memberdayakan siswa dengan beberapa keterampilan berikut:
a)       Memanfaatkan gaya belajar visual, auditory, kinestetik
b)      Mengajarkan dua teknik cepat belajar: SLANT dan keadaan alfa
Teknik SLANT ( pandangan ) teori Dr. Ed. Ellis antara lain:
·         Sit up in the chair ( duduk tegak di kursi mereka )
·         Learn forward ( condong ke depan )
·         Ask question ( bertanya )
·         Nod their heads ( mengangguk kepala )
·         talk to their teacher ( berbicara dengan guru )
Sedangkan keadaan ALFA dari teori Dr. Georgi Lozanov yaitu kondisi konsentrasi yang santai, belajar laju yang jauh lebih cepat misalnya saat membaca, mengerjakan soal matematika, atau menulis esai. Manfaat slant dan alfa yaitu dapat mengembangkan sikap positif mengenai belajar.
c). Mengorganisasi informasi: menggunakan peta pikiran dan catatan TS (tulis dan susun) serta belajar memutar
 d). Quantum reading: melontarkan pertanyaan, konsentrasi terpusat, superscan, membaca dan mengulang
  e).  Teknik mengingat: bercerita dan metode penempatan
4). Keterampilan hidup: mengorkestrasi ketulusan dan keefektifan siswa melalui keterampilan pribadi, membina dan memberdayakan setiap orang untuk membina dan memlihara hubungan dengan orang lain
5).   Kesuksesan melalui praktik
Quantum Teaching memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a).  Belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yaitu fikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, keyakinan dan persepsi masa depan. Jadi Quantum Teaching memadukan.
b).  Guru adalah faktor penting dalam lingkungan belajar dan kehidupan siswa, bukan sekedar pemberi ilmu. Peran guru sebagai: rekan belajar, model, pembimbing dan fasilitaror. Jadi Quantum Teaching menjelaskannya.
c).   Quantum Teaching menunjukkan kepada kita cara untuk menjadi guru yang baik. Quantum Teaching menguraikan cara – cara baru yang memudahkan proses belajar kita lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian – pencapaian yang terarah apapun mata pelajaran yang kita ajarkan.

D.        KESIMPULAN

Dari beberapa teori yang dikemukan oleh beberapa ahli tentang model pembelajaran quantum teaching seperti George Lozanov, Bobby DePorter, Colin Rose maka penulis dapat menyimpulkan bahwa model pemebelajaran quantum teaching adalah model pembelejaran yang memadukan serta melibatkan semua aspek kehidupan manusia yaitu fikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, minat, bakat, keyakinan dan pandangan akan masa depan yang ada di dalam diri setiap siswa, guru bertindak sebagai pemimpin untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. pembelajaran diibaratkan seperti konser musik yang penuh dengan harmoni serta keselaran seni – seni dari setiap alunan alat musik yang ditampilkan. Begitupula di dalam sebuah pembelajaran quantum teaching, pemebelajaran yang dialakukan oleh guru harus bisa menumbuhkan suasana yang menyenangkan melalui berbagai perpaduan karakter, kemampuan, keinginan yang berbeda dari setiap siswa dengan didukung lingkungan yang kaya akan sumber pengetahuan, misalnya ruangan kelas dibuat semenarik mungkin, bisa ditempeli dengan berbagai sumber belajar ( poster, gambar – gambar, kata – kata bijak ), posisi duduk dibentuk U, bisa diiringin alunan musik dll. Dalam pembelajaran Quantum Teaching semua pendapat siswa harus diberikan apresiasi, semua siswa berhak untuk menunjukkan kemampuan apa yang dia miliki, karena setiap anak yang dilahirkan pasti sudah memiliki kemampuan.


DAFTAR PUSTAKA

De Porter, Bobby, Mark Reardon & Sarah Singar – Nourie. 2007. Ed. 1, cet. ke – 21. Quantum Teaching. Mempraktikan Quantum Learning di Ruang – Ruang Kelas. Penerjemah: Ary Nilandari. Bandung : Kaifa.
DePorter, Bobby, Mark Reardon dan Sarah Singer – Nourie. 2010. Ed. 2, cet. ke – 1. Quantum Teaching. Penerjemah : Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

Chumy, Asep Sang 2009. Quantum Teaching, mengajar yang menyenangkan ( diakses 15 Maret 2012 )