Jumat, 03 Februari 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN JG 220 C


NAMA   : IIN ARIANI
NIM       : 292010063
KELAS  : RS10C

BELAJAR

A.    PENGERTIAN BELAJAR
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar :
1.      Peruabahan terjadi secara sadar
2.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinou dan fungsi onal
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
4.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5.      Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6.      Perubahan mencakaup seluruh aspek tingkah laku

B.  JENIS – JENIS BELAJAR
1.      Belajar bagian ( part learning, fractioned learning )
2.      Belajar dengan wawasan ( learning by insight )
3.      Belajar Diskriminatif ( discriminatif learning )
4.      Belajar global /keseluruhan ( global whole learning )
5.      Belajar insidental ( incidental learning )

C.     TEORI – TEORI BELAJAR
Teori – teori belajar menurut beberapa ahli sebagai berikut
1.      Teori Gastalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Belajar adalah  memperoleh respone yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Prinsip belajar menurut teori Gaslat :
a.       Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
b.      Belajar adalah suatu proses perkembangan
  Anak – anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.
c.       Siswa sebagai oganisasi keseluruhan
Siswa belajar intelektual, emosional sehingga membentuk pribadi yang diharapkan.
d.      Terjadi transfer
Ketika kemampuan telah dikuasai maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
e.       Belajar adalah reorgnisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
f.       Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan hubungan – hubungantertentu dalam unsur yang mengandung suatu problema.
g.      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat dan keinginan dan tujuan siswa
h.      Belajar berlangsung terus – menerus sekolah
Belajar tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar, oleh karena itu guru harus berkerjasama dengan orang tua, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.
2.      Teori Belajar menurut J. Bruner
Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedimikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Di dalam proses belajar Bruner meningkatkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya berbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “ discovery learning environment“ ialah lingkungan di mana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan – penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari, hal mana dapat digolongkan menjadi :
a.       Enactive             :  seperti belajar baik sepeda yang harus didahului dengan bermacam – macam keterampilan motorik.
b.      Iconic                 : seperti mengenal jalan yang menuju kepasar, mengingat dimana bukunya yang penting diletakan.
c.       Syimbolic                : seperti menggunakan kata – kata, menggunakan formula.
3 .      Teori Belajar dari Piaget
a.  Anak mempunyai struktul mental yang berbeda dengan orang dewasa, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya.
b.   Perkembangan mental pada anak melalui tahap – tahap tertentu, menurut suatu yang sama bagi semua anak.
c.   Walaupun berlangsungnya tahap – tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidkalah selalu sama pada setiap anak.
d.   Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
      Ø  Kemasakan
      Ø  Pengalaman
      Ø  Interaksi sosial
   Ø  Equilibration ( proses dari ketiga faktor di atas bersama – sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental ).
e. Ada 3 tahap perkembangan yaitu :
      Ø  Berpikir secara intuitif ± 4 tahun
      Ø  Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
      Ø  Beroperasi secara formal ± 11 tahun
       Dalam perkembangan intelektual anak terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda, adaptasi.
4.      Teori dari R. Gagne
Terhadap masalah belajar, ada dua definisi menurt R. Gagne :
Ø Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Ø  Belajar adalah penguasaan – pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi.
   Tugas pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan sosialisasi dengan anak atau orang lain. Tugas kedua ialah belajar menggunakan simbol – simbol untuk menyatakan keadaan lingkungan     sekitarnya, seperti gambar, huruf, angka, diagram dll. Selain itu harus mampu membaca, menghitung,  menulis. Bila anak sekolah sudah dapat melakukan tugas ini, berarti dia sudah mampu belajar banyak hal dari yang mudah sampai yang sangat kompleks.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari manusia dibagi menjadi 5 kategori ( The domains of learning ) yaitu :
a.       Keterampilan motorik ( motor skill )
Keterampilan yang berhubungan dengan berbagai gerakan anggota badan
b.      Informasi verabal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menggambar, dan menulis
c.       Kemampuan intelektual
Kemampuan dalam berinteraksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol – simbol.
d.      Strategi kognitif
Keterampilan untuk belajar mengingat dann berpikir.
e.       Sikap
Sikap sangat penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
5.      Purposeful Learning
Adalah bealajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan yang :
a.       Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain.
b.      Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar mengajar di sekolah.
6.      Belajar dengan Jalan Mengamati dan Meniru ( Observational Learnin and Imitation )
Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku dapat dikuasai atau dipelajari mula – mula dengan mengamati dan meniru suatu model / cotoh / teladan.
1)        Model yang Ditiru
Ada 3 yaitu :
Ø Kehidupan yang nyata, mislanya : orang tua, guru dll.
Ø Simbolik, misalnya : model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk   gambar.
Ø Representasional, misalnya : model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat – alat audio visual, terutama televisi dan radio.
2)        Pengaruh Meniru
Ada 3 macam pengaruh yang berbeda dari pengamatan dan peniruan :
a.      Modeling effect
Siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi dirinya, response yang pertama kali dilakukannya.
b.      Disinhibitory effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, seseorang siswa dapat memperlemah atau memperkuat response – response terlarang yang telah dimiliki.
c.       Electing effect
Dengan mengamati dan meniru suatu model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response – response yang telah dimilkinya.
3)      Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
a.       Konsekuensi dari respone yang dilakukan (Hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah diramalkan seperti pengaruh hadiah).
b.      Sifat – sifat siswa
Ø  Mempunyai rasa kurang diri.
Ø  Kurang kemampuannya.
Ø  Mereka memiliki sifat – sifat yang sama seperti dalam model.
Ø  Berada dalam suasana perasaan tertentu karena tertekan dari luar atau karena obat ( drugs ).
4)      Melupakan Response yang Ditiru
Bebearpa cara untuk menghilangkan response yang ditiru adalah :
Ø  Tidak memberi hadiah atas suatu response.
Ø  Menghilangkan penguatan positif.
Ø  Menggunakan perangsang yang tak menyenangkan misalnya hukuman.
Ø  Belajar berkondisi.
5)      Penerapannya di Sekolah
Ø  Tingkah laku sosial dapat dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru.
Ø  Tingksh laku psikomotorik dapat dipelajari dengan mengamati dan meniru misalnya menulis.
Ø  Perekembangan keterampilan vokal, misalnya berbicara, menyanyi dapat dibantu oleh model.
7.      Belajar yang Bermakna ( Meaningful learning )
1)      Tipe – Tipe Belajar
Ada 2 dimensi tipe – tipe belajar yaitu :
  a.         Dimensi menerima ( reception learning) dan menemukan (discovery learning )
Di dalam dimensi menerima : semua bahan yang harus dipelajari diberikan dalam bentuknya yang final ( sudah jadi ) dalam bahan yang disajikan.
Dimensi menemukan : tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan dalam benuk final, beberapa harus mencari informasi sendiri.
b.      Dimensi menghafal ( rote learning ) dan belajar bermakna ( meaningful learning )
Menerima dan menemukan  adalahlangkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah usaha untuk mengingat atau menguasai apa yang dipelajari. Jika seseorang beruasaha menguasai informasi baru dengan menghubungkan dengan apa yang telah diketahuinya terjadilah belajar bermakna. Tetapi jika seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah menghafal.
2)      Struktur dan Proses Internal
Menurut Ausubel dan Robinson, struktur kognitif itu bersifat piramidal. Bagian puncaknya yang sempit berisi konsep – konsep atau teori – teori yang paling umum, bagian tengah yang agak luas berisi sub – subkonsep yang kurang umum, dan bagian dasar yang paling luas berisi informasi – informasi khusus ( konkret ).
3)      Variabel – Variabel di dalam Belajar Bermakna
Ø   Pengetahuan yang telah dimiliki
Ø  Diskriminabilitas : konsep – konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas dengan apa yang telah dipelajari, mudah dipelajari dan kuasai.
Ø    Kemantapan dan kejelasan
Untuk menambah kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu latihan.
Ada dua macam latihan: distributed practice dan massed practice. ( ingat belajar bagian dan belajar global ).
4)      Motivasi dan Belajar Bermakna
a.   Dorongan kognitif : kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan masalah.
b.      Harga diri
Ada siswa tertentu yang tekun belajar karena untuk memperoleh status dan harga diri.
c.       Kebutuhan berafiliasi
Ada siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran demi memberikan status kepadanya. Siswa akan merasa senang jika orang lain menunjukkan bahawa statusnya baik.
5)      Penerapannya di Sekolah
Teori Ausubel berlaku pada siswa yang sudah dapat membaca dengan baik dan yang sudah mempunyai konsep – konsep dasar di dalam bidang – bidang pelajaran tertentu. Itulah teori – teori belajar yang dapat kita pelajari. Bagi seorang ( calon ) guru dan pembimbing perlu sekali mendalami teori – teori belajar itu, agar dapat menerapkan dalam tugasnya waktu mengadakan interaksi belajar mengajar / membimbing.

D.    PRINSIP – PRINSIP BELAJAR
a.       Berdasarkan persyaratan yang diperlukan untuk belajar
1.        Siswa harus aktif sehingga mencapai tujuan instruksional.
2.         Belajar harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi bagi siswa.
3.    Belajar perlu lingkungan menantang untuk mengembangkan eksplorasi dan belajar aktif bagi siswa.
4.      Ada interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
b.      Sesuai hakikat belajar
1.      Belajar itu proses yang berkelanjutan sesuai dengan tahap perkembangannya.
2.      Belajara adalah proses berorganisasi, adaptasi, eksplorasi dan penemuan.
3.      Belajar adalah hubungan anatara pemgertian yang satu dengan pengertian yang lain.
c.       Sesuai materi bahan yang harus dipelajari
1.      Belajar bersifat keseluruhan
2.      Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu.
d.      Syarat keberhasilan belajar
1.       Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa belajar dengan tenang.
2.      Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.

MENGAJAR

Setiap guru seharusya dapat menagajar di depan kelas. Bahkan menagajr itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau di mana saja.
“ Menagajar adalah salaah satu komponen dari kompetensi – kompetensi guru.
A. Teori - Teori Menagajar
 Ø  Definisi lama : mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman – pengalaman dan       kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikutnya sebagai generasi penerus.
Ø  Definisi dari Dequeliy dan Gazali, mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
Ø  Definisi modern di negara – negara yang sudah maju : Teaching is the quidance of learning. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi ini menunjukan bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya membimbing.
Ø  Kilpatrik, mengajar adalah mencari keadaan atau situasi yang mengandung problem, kemudian siswa harus menghadapi masalah itu untuk dapat memecahkan atau mengatasinya.
Ø  Alvin W. Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba, menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, mengembangkan skill, attitude, ideals ( cita – cita ), appreciations ( penghargaan ) dan pengetahuan.
Ø  A. Morrison D. Mc. Intyre, mengajar adalah aktivitas personal yang unik.
Ø  John R. Pancella, mengajar adalah dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan dalam interaksi, dan  hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa, kepada siapa guru berinteraksi.
Ø Bagi Marsell, mengajar digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dapat mengorganisasikan itu, belajar menjadi bermakna bagi siswa.
Ø  Waini Rasyidin, mengajar yang dipentingkan adalah adanya partisipasi guru dan siswa satu sama lain. Guru merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam interaksi sedemikian rupa sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan. Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar bukan proses belajar.
          Pada dasarnya prinsip belajar lebih dititik beratkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi.
            Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu ". Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah :  a way working with students ... A process of interaction  the teacher does something to student, the students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama – sama aktif melakukan kegiatan.
          Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah " suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar".
             Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. 
            Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a.    Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b.      Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan  dan kebutuhannya.
c.  Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.

B. Konsep Teori Mengajar
            Konsep menagajar merupakan hal penting dalam memetakan secara lengkap tentang perkembangan teori mengajar. Ada beberapa konsep mengajar, Ramsden ( 1992 : 111 – 120 ) mengemukan minimal ada 3 konsep teori menagajar dan praktik mengajar :
Theory 1          : “ Teaching as telling or transmission”. Menagajar adalah proses menyapaikan atau mentransmisikan sesuatu. Konsep teori mengajar ini menekankan bahwa penyampaian ( transmission ) bahan atau teaching delivery merupakan hal yang dominan dalam mewarnai berbagai konsep dan praktik mengajar. Dalam teori mengajar seperti ini fokus kegiatannya adalah apa yang akan dilakukan guru terhadap siswa.
Theory 2    : “ teaching as organising students activity “. Mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan siswa, dengan demikian fokus kegiatannya adalah bagaimana mengorganisasikan agar siswa melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Menagajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga siswa dapat belajar.
Theory 3         : “ teaching as making learning possible”. Teori ini memandang bahwa belajar dan menagajar merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Bila teori 1 lebih memfokuskan pada kegiatan guru ( teachers oriented ), dan teor 2 cenderung memfokuskan pada kegiatan siswa ( student oriented ), maka teori 3 ini memadukan antara dua komponen tersebut. Teori ini lebih merupakan gabungan berbagai aspek pembelajaran “ compound view of instruction “, yaitu antara lain siapa yang melakukan kegiatan mengajar, apa yang akan diajarkan, kepada siapa, dengan cara apa dan bagaimana mengetahui pengajaran itu berhasil atau tidak.

C. Perkembangan Teori Mengajar             
            Teori mengajar secara nyata dibangun oleh adanya perkembangan dalam teori pendidikan. Adanya dinamika teori pendidikan, secara langsung juga akan merefleksikan adanya dinamika dan keragaman dalam memahami teori mengajar.
            Secara umum, ada empat aliran pendidikan ( Sukmadinata, 1997 ). Keempat aliran pendidikan tersebut bagaimanapun juga akan mewarnai teori pendidikan dan teori mengajar dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi konstruk mengajar ( teaching theory ). Keempat aliran pendidikan tersebut adalah :
1)      Pendidikan klasik ( classical education )
2)      Pendidikan pribadi ( personalized education )
3)      Teknologi pendidikan ( technology education )
4)      Pendidikan interaksional ( interactional education )
Keempat aliran pendidikan tersebut, selain mewarnai dan mempengaruhi posisi dan kedudukan teori mengajar, serta secara langsung mempengaruhi konstruk teori mengajar. Teori – teori mengajar yang diperoleh dari sudut pandang empat aliran pendidikan tersebut :
a). Teori mengajar pada pendidikan klasikal
Dalam konteks pendidikan ini, tugas guru adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut sesuai dengan perkembangan peserta didik. Guru adalah ahli dalam bidang ilmu tersebut dan berperan sebagai model nyata. Guru berperan sangat dominan ia menentukan isi, metode, evaluasi. Sedangkan siswa pasif dan hanya sebagai penerima informasi atau bahan yang sudah terancang urut dan sistemik.
b). Teori mengajar pada pendidikan pribadi
Konsep pendidikan ini adalah anak meupak sentral yang utama dalam program pendidikan. Oleh sebab itu anak didik merupakan subyek pendidikan, yang harus didengar, didekati, diapresiasi tentang segala harapan, cita – cita, dan aspirasinya.
Dalam teori pendidikan pribadi ini, brtolak dari anggapan bahwa peserta didik dilahirkan dan telah memiliki sejumlah pontensi yang akan berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu pendidikan harus dianggap sebagai persemaian yang subur untuk mengembangkan siswa secara menyeluruh.
Salah satu teori mengajarkan yang melandasi aliran pendidikan ini adalah pendidikan konfluen ( Sukmadinata, 1999 : 87 ) yang menyatakan pendidikan Konfluen menekankan pada kebutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh ( baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan ) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Beberapa ciri kurikulum Konfluen yang mempengaruhi konstruksi teori mengajar adalah:
Ø  Partisipasi
Ø  Integrasi
Ø  Relevansi
Ø  Pribadi anak
Ø  Tujuan
c). Teori mengajar pada teknologi pendidikan
Pendidikan dipengaruhi oleh ilmu dan teknologi. Pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi yang beroriientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang.konsep pendidikan ini mengutamakan konsep segi empiris, informasi obyektif yang didasarkan pada kaidah yang diamati dan diukur serta dihitung secara statistik. Dalam teori ini pendidikan adalah ilmu bukan seni. Dengan demikian pengembangan desain program dalam pendidikan ini mengembangkan kaidah teknologi pendidikan dengan melibatkan perangkat lunak dan perangkat keras termasuk audio visual dan media pembelajaran. Guru berfungsi sebagai direktur belajar dengan tugas – tugas melakukan pengelolaan pendidikan dan pendalaman bahan. Pendidikan ini lebih diwarnai oleh the linier – rational model of instruction ( Burden and Byrd, 1999 26-40 ), walaupun model ini juga merupakan modifikasi dari konsep mengajar para pendahulunya yang memberikan penekanan pada pendekatan tradisional dalam mengajar ( tradisional approach in teaching ), seperti halnya Rationla model yang dikembangkan oleh Taba ( 1976 ), Popham and Baker ( 1970 ), Gagne, Briggs, and Wager ( 1992 )dan Ggne and Driscoll ( 1998 ).
d). Teori mengajar pada pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional menekankan interaksi antara dua pihak atau multi pihak, yaitu guru, sisiwa, dan lingkungannya sehingga terjadi hubungan yang dialogis dan interaksional. Guru berperan menciptakan dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu. Bahan ajar banyak diambil dari lingkungan. Siswa diajak untuk menghayati niali sosial budaya yang ada di masyarakat. Dalam pendidikan interaksional menekankan pada isi dan proses pendidikan secara sekaligus. Isi pendidikan terdiri dari problem nyata yang aktual di masyarakat. Sedangkan proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan interaksi siswa dengan guru dan lingkungannya termasuk sumber belajar. Interaksional pada dasarnya berkaitan dengan proses komunikasi, komunikasi suatu prose dimana partisipan berbagai informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain.
Lasswell ( 1948 ), Komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan “ Siapa mengatakan atau mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan dampak apa ( hasil yang dicapai )”.
Shannon dan Weaver menyebutkan komunikasi adalah semua prosedur tentang pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi pihak lain.
Lawrence Kincaid ( 1979 : 60-66 ) mengembangkan model komunikasi konvergen dengan ciri – ciri adanya informasi, ketidakmenentuan, konvergen, adanya saling pemahaman, adanya saling persetujuan, kegiatan bersama, dan hubungan jaringan. Menurutnya komunikasi adalah susatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi bersama untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.

PENGALAMAN BELAJAR MENGAJAR

Selama menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, saya merasa kagum dan bangga dengan berbagai keunikan yang terjadi dalam proses belajar menagajar  yang dilakukan oleh saya sebagai mahahasiswa dan para dosen – dosen. Pengetahuan, pengalaman yang luar biasa yang belum saya dapat saat masa – masa menjadi seorang siswa, kini pengetahuan dan pengalaman tersebut saya dapat sekarang ini sebagai mahasiswa. Sebagai calon guru yang profesional, dituntut untuk bisa mengajar, membimbing peserta didik kearah yang lebih baik, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Di sini saya akan memaparkan sedikit pengalaman saya saat  belajar dan mengajar terhadap anak – anak usia SD, walaupun jumlah anaknya tidak sebanyak di kelas pada umumnya, tetapi hal ini sebagai pengalaman yang sangat luar biasa pada saya. Teori – teori belajar mengajar yang dikemukakan oleh berbagai para ahli ini, intinya bahwa belajari itu untuk mencapai tujuan yang positif, dengan belajar akan mendapat berbagi pengetahuan serta pengalaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya anak – anak. Proses belajar dapat dialakukan dimana saja, sekolah, lingkungan masyarakat bahkan dengan keluarga atau teman sebaya belajar pun dapat terjadi. Sesuai dengan apa yang saya alami, para anak – anak khususnya SD ini lebih tertarik, lebih aktif ketika dalam proses belajar mengajar mereka diajak ikut serta terjun ke lingkungan, jadi mereka akan lebih bisa memahami, megingat ketika mereka mendapatkan pengalaman langsung, selain itu mereka juga bisa mencari berbagai informasi sendiri misalnya ketika pembelajaran IPA tentang lingkungan Biotik dan Abiotik, sebagi guru, bisa mengajak mereka untuk melihat lingkungan diluar kelas beberapa menit, kemudian disuruh untuk menulisakan benda – benda disekitar serta menggolongkan berdasarkan jenisnya ( abiotik atau biotik ). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang monoton, mislanya dengan ceramah terus menerus saat pmebelajaran anak pasti akan jenuh dan bahkan ribut sendiri saat guru mengajar atau menerangkan. Inilah pentingnya kita sebagai calon guru bisa memahami berbagai situasi dan kondisi yang terjadi saat belajar menagajar, kita harus pintar menciptakan suasana yang menyenagkan saat proses pembelajaran terjadi, tidak hanya itu, pendidikan saat ini dituntut agar peserta didik aktif, kreative, inovatif ( sebagi pusat pembelajaran ).