NAMA : IIN ARIANI
NIM : 292010063
KELAS : RS10C
BELAJAR
A. PENGERTIAN
BELAJAR
Secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Ciri
– ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar :
1. Peruabahan
terjadi secara sadar
2. Perubahan
dalam belajar bersifat kontinou dan fungsi onal
3. Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif
4. Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan
mencakaup seluruh aspek tingkah laku
B.
JENIS – JENIS BELAJAR
1. Belajar
bagian ( part learning, fractioned
learning )
2. Belajar
dengan wawasan ( learning by insight
)
3. Belajar
Diskriminatif ( discriminatif learning
)
4. Belajar
global /keseluruhan ( global whole
learning )
5. Belajar
insidental ( incidental learning )
C. TEORI
– TEORI BELAJAR
Teori
– teori belajar menurut beberapa ahli sebagai berikut
1.
Teori Gastalt
Teori ini dikemukakan
oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Belajar adalah memperoleh respone yang tepat untuk
memecahkan problem yang dihadapi.
Prinsip belajar menurut
teori Gaslat :
a. Belajar
berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha
menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
b. Belajar
adalah suatu proses perkembangan
Anak – anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah
matang untuk menerima bahan pelajaran itu.
c. Siswa
sebagai oganisasi keseluruhan
Siswa belajar
intelektual, emosional sehingga membentuk pribadi yang diharapkan.
d. Terjadi
transfer
Ketika kemampuan telah
dikuasai maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
e. Belajar
adalah reorgnisasi pengalaman
Pengalaman adalah suatu
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
f. Belajar
harus dengan insight
Insight adalah suatu
saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian tentang sangkut
paut dan hubungan – hubungantertentu dalam unsur yang mengandung suatu
problema.
g. Belajar
lebih berhasil bila berhubungan dengan minat dan keinginan dan tujuan siswa
h. Belajar
berlangsung terus – menerus sekolah
Belajar tidak hanya di
sekolah tetapi juga di luar, oleh karena itu guru harus berkerjasama dengan
orang tua, agar semua turut serta membantu perkembangan siswa secara harmonis.
2. Teori
Belajar menurut J. Bruner
Belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedimikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Di dalam
proses belajar Bruner meningkatkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya berbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses
belajar perlu lingkungan yang dinamakan “
discovery learning environment“ ialah lingkungan di mana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan – penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Dalam lingkungan banyak
hal yang dapat dipelajari, hal mana dapat digolongkan menjadi :
a. Enactive : seperti belajar
baik sepeda yang harus didahului dengan bermacam – macam keterampilan motorik.
b. Iconic : seperti mengenal jalan yang menuju
kepasar, mengingat dimana bukunya yang penting diletakan.
c. Syimbolic : seperti menggunakan kata – kata,
menggunakan formula.
3 . Teori
Belajar dari Piaget
a. Anak mempunyai struktul
mental yang berbeda dengan orang dewasa, mereka mempunyai cara yang khas untuk
menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya.
b. Perkembangan mental
pada anak melalui tahap – tahap tertentu, menurut suatu yang sama bagi semua
anak.
c. Walaupun berlangsungnya
tahap – tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka
waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidkalah
selalu sama pada setiap anak.
d. Perkembangan
mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu :
Ø Kemasakan
Ø Pengalaman
Ø Interaksi
sosial
Ø Equilibration
( proses dari ketiga faktor di atas bersama – sama untuk membangun dan
memperbaiki struktur mental ).
e.
Ada
3 tahap perkembangan yaitu :
Ø Berpikir
secara intuitif ± 4 tahun
Ø Beroperasi
secara konkret ± 7 tahun
Ø Beroperasi
secara formal ± 11 tahun
Dalam perkembangan intelektual anak
terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda,
adaptasi.
4. Teori
dari R. Gagne
Terhadap masalah
belajar, ada dua definisi menurt R. Gagne :
Ø Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku.
Ø Belajar
adalah penguasaan – pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari interaksi.
Tugas
pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan sosialisasi dengan anak atau orang
lain. Tugas
kedua ialah belajar menggunakan simbol – simbol untuk menyatakan keadaan
lingkungan sekitarnya, seperti gambar, huruf, angka, diagram dll. Selain itu
harus mampu membaca, menghitung, menulis. Bila anak sekolah sudah dapat
melakukan tugas ini, berarti
dia sudah mampu belajar banyak hal dari yang mudah sampai yang sangat kompleks.
Gagne
mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari manusia dibagi menjadi 5
kategori ( The domains of learning )
yaitu :
a. Keterampilan
motorik ( motor skill )
Keterampilan yang
berhubungan dengan berbagai gerakan anggota badan
b. Informasi
verabal
Orang dapat menjelaskan
sesuatu dengan berbicara, menggambar, dan menulis
c. Kemampuan
intelektual
Kemampuan dalam
berinteraksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol – simbol.
d. Strategi
kognitif
Keterampilan untuk
belajar mengingat dann berpikir.
e. Sikap
Sikap sangat penting
dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.
5. Purposeful
Learning
Adalah bealajar yang
dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan yang :
a. Dilakukan
siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain.
b. Dilakukan
siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar mengajar di sekolah.
6. Belajar
dengan Jalan Mengamati dan Meniru ( Observational
Learnin and Imitation )
Menurut Bandura dan
Walters, tingkah laku dapat dikuasai atau dipelajari mula – mula dengan
mengamati dan meniru suatu model / cotoh / teladan.
1)
Model yang Ditiru
Ada 3 yaitu :
Ø Kehidupan
yang nyata, mislanya : orang tua, guru dll.
Ø Simbolik,
misalnya : model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar.
Ø Representasional,
misalnya : model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat – alat audio visual, terutama televisi dan
radio.
2)
Pengaruh Meniru
Ada 3 macam pengaruh
yang berbeda dari pengamatan dan peniruan :
a.
Modeling
effect
Siswa menghubungkan
tingkah laku dari model dengan response yang baru bagi dirinya, response yang
pertama kali dilakukannya.
b.
Disinhibitory
effect
Dengan mengamati dan
meniru suatu model, seseorang siswa dapat memperlemah atau memperkuat response
– response terlarang yang telah dimiliki.
c.
Electing
effect
Dengan mengamati dan
meniru suatu model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response
– response yang telah dimilkinya.
3) Beberapa
Faktor yang Mempengaruhi Peniruan
a. Konsekuensi
dari respone yang dilakukan (Hadiah dan hukuman, pengaruh hukuman tidak mudah
diramalkan seperti pengaruh hadiah).
b. Sifat
– sifat siswa
Ø Mempunyai
rasa kurang diri.
Ø Kurang
kemampuannya.
Ø Mereka
memiliki sifat – sifat yang sama seperti dalam model.
Ø Berada
dalam suasana perasaan tertentu karena tertekan dari luar atau karena obat ( drugs ).
4) Melupakan
Response yang Ditiru
Bebearpa cara untuk
menghilangkan response yang ditiru adalah :
Ø Tidak
memberi hadiah atas suatu response.
Ø Menghilangkan
penguatan positif.
Ø Menggunakan
perangsang yang tak menyenangkan misalnya hukuman.
Ø Belajar
berkondisi.
5) Penerapannya
di Sekolah
Ø Tingkah
laku sosial dapat dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru.
Ø Tingksh
laku psikomotorik dapat dipelajari dengan mengamati dan meniru misalnya
menulis.
Ø Perekembangan
keterampilan vokal, misalnya berbicara, menyanyi dapat dibantu oleh model.
7. Belajar
yang Bermakna ( Meaningful learning )
1) Tipe
– Tipe Belajar
Ada 2 dimensi tipe –
tipe belajar yaitu :
a. Dimensi
menerima ( reception learning) dan
menemukan (discovery learning )
Di dalam dimensi
menerima : semua bahan yang harus dipelajari diberikan dalam bentuknya yang
final ( sudah jadi ) dalam bahan yang disajikan.
Dimensi menemukan :
tidak semua yang harus dipelajari dipresentasikan dalam benuk final, beberapa
harus mencari informasi sendiri.
b. Dimensi
menghafal ( rote learning ) dan
belajar bermakna ( meaningful learning
)
Menerima dan
menemukan adalahlangkah pertama dalam
belajar. Langkah kedua adalah usaha untuk mengingat atau menguasai apa yang
dipelajari. Jika seseorang beruasaha menguasai informasi baru dengan
menghubungkan dengan apa yang telah diketahuinya terjadilah belajar bermakna.
Tetapi jika seseorang hanya berusaha mengingat informasi baru itu, terjadilah
menghafal.
2) Struktur
dan Proses Internal
Menurut Ausubel dan
Robinson, struktur kognitif itu bersifat piramidal. Bagian puncaknya yang
sempit berisi konsep – konsep atau teori – teori yang paling umum, bagian
tengah yang agak luas berisi sub – subkonsep yang kurang umum, dan bagian dasar
yang paling luas berisi informasi – informasi khusus ( konkret ).
3) Variabel
– Variabel di dalam Belajar Bermakna
Ø Pengetahuan
yang telah dimiliki
Ø Diskriminabilitas
: konsep – konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas dengan apa yang telah
dipelajari, mudah dipelajari dan kuasai.
Ø Kemantapan
dan kejelasan
Untuk menambah
kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu latihan.
Ada dua macam latihan:
distributed practice dan massed practice. ( ingat belajar bagian dan belajar
global ).
4) Motivasi
dan Belajar Bermakna
a. Dorongan
kognitif : kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan
masalah.
b. Harga
diri
Ada siswa tertentu yang
tekun belajar karena untuk memperoleh status dan harga diri.
c. Kebutuhan
berafiliasi
Ada siswa yang berusaha
menguasai bahan pelajaran demi memberikan status kepadanya. Siswa akan merasa
senang jika orang lain menunjukkan bahawa statusnya baik.
5) Penerapannya
di Sekolah
Teori Ausubel berlaku
pada siswa yang sudah dapat membaca dengan baik dan yang sudah mempunyai konsep
– konsep dasar di dalam bidang – bidang pelajaran tertentu. Itulah teori – teori belajar yang dapat
kita pelajari. Bagi seorang ( calon ) guru dan pembimbing perlu sekali
mendalami teori – teori belajar itu, agar dapat menerapkan dalam tugasnya waktu
mengadakan interaksi belajar mengajar / membimbing.
D. PRINSIP
– PRINSIP BELAJAR
a. Berdasarkan
persyaratan yang diperlukan untuk belajar
1. Siswa
harus aktif sehingga mencapai tujuan instruksional.
2. Belajar
harus dapat menimbulkan penguatan dan motivasi bagi siswa.
3. Belajar
perlu lingkungan menantang untuk mengembangkan eksplorasi dan belajar aktif
bagi siswa.
4. Ada
interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai
hakikat belajar
1. Belajar
itu proses yang berkelanjutan sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Belajara
adalah proses berorganisasi, adaptasi, eksplorasi dan penemuan.
3. Belajar
adalah hubungan anatara pemgertian yang satu dengan pengertian yang lain.
c. Sesuai
materi bahan yang harus dipelajari
1. Belajar
bersifat keseluruhan
2. Belajar
harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu.
d. Syarat
keberhasilan belajar
1. Belajar
memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa belajar dengan tenang.
2. Repetisi,
dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian /
keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.
MENGAJAR
Setiap
guru seharusya dapat menagajar di depan kelas. Bahkan menagajr itu dapat
dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas atau di mana saja.
“
Menagajar adalah salaah satu komponen dari kompetensi – kompetensi guru.
A. Teori - Teori Menagajar
Ø Definisi
lama : mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman – pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat
pada generasi berikutnya sebagai generasi penerus.
Ø Definisi
dari Dequeliy dan Gazali, mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang
dengan cara paling singkat dan tepat.
Ø Definisi
modern di negara – negara yang sudah maju : Teaching is the quidance of
learning. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi
ini menunjukan bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar,
sedangkan guru hanya membimbing.
Ø Kilpatrik,
mengajar adalah mencari keadaan atau situasi yang mengandung problem, kemudian
siswa harus menghadapi masalah itu untuk dapat memecahkan atau mengatasinya.
Ø Alvin
W. Howard, mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba, menolong, membimbing
seseorang untuk mendapatkan, mengubah, mengembangkan skill, attitude, ideals (
cita – cita ), appreciations ( penghargaan ) dan pengetahuan.
Ø A.
Morrison D. Mc. Intyre, mengajar adalah aktivitas personal yang unik.
Ø John
R. Pancella, mengajar adalah dapat dilukiskan sebagai membuat keputusan dalam
interaksi, dan hasil dari keputusan guru adalah jawaban siswa, kepada siapa
guru berinteraksi.
Ø Bagi
Marsell, mengajar digambarkan sebagai mengorganisasikan belajar, sehingga dapat
mengorganisasikan itu, belajar menjadi bermakna bagi siswa.
Ø Waini
Rasyidin, mengajar yang dipentingkan adalah adanya partisipasi guru dan siswa
satu sama lain. Guru merupakan koordinator yang melakukan aktivitas dalam
interaksi sedemikian rupa sehingga siswa belajar seperti yang kita harapkan.
Guru hanya menyusun dan mengatur situasi belajar bukan proses belajar.
Pada dasarnya prinsip belajar lebih
dititik beratkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses
pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan
Tinggi.
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa
mengajar adalah " . suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran
kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu ". Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah
: a way working with students ... A process of interaction the teacher does something to student, the
students do something in return. Dari definisi itu tergambar bahwa mengajar
adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan
guru yang sama – sama aktif melakukan kegiatan.
Nasution (1986) berpendapat bahwa
mengajar adalah " suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik – baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses
belajar".
Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar
adalah . any action performed by an
individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another
individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Biggs (1991), seorang pakar psikologi
membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian
Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam
hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan
kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan
tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian
institusional yaitu mengajar berarti .
the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala
kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu
siap mengadaptasikan
berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe
belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan
kebutuhannya.
c. Pengertian
kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning,
yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya
sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa
mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri
dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
B. Konsep Teori Mengajar
Konsep menagajar merupakan hal
penting dalam memetakan secara lengkap tentang perkembangan teori mengajar. Ada
beberapa konsep mengajar, Ramsden ( 1992 : 111 – 120 ) mengemukan minimal ada 3
konsep teori menagajar dan praktik mengajar :
Theory 1 : “ Teaching as telling or
transmission”. Menagajar adalah proses
menyapaikan atau mentransmisikan sesuatu. Konsep teori mengajar ini menekankan
bahwa penyampaian ( transmission ) bahan atau teaching delivery merupakan hal
yang dominan dalam mewarnai berbagai konsep dan praktik mengajar. Dalam teori
mengajar seperti ini fokus kegiatannya adalah apa yang akan dilakukan guru
terhadap siswa.
Theory 2 : “ teaching as organising students
activity “. Mengajar pada dasarnya
mengorganisasikan kegiatan siswa, dengan demikian fokus kegiatannya adalah
bagaimana mengorganisasikan agar siswa melakukan serangkaian aktifitas yang
melahirkan pengalaman belajar. Menagajar dipandang sebagai proses supervisi
dengan sejumlah teknik tertentu sehingga siswa dapat belajar.
Theory 3 : “ teaching as making learning
possible”. Teori ini memandang bahwa belajar dan
menagajar merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Bila teori 1
lebih memfokuskan pada kegiatan guru ( teachers oriented ), dan teor 2
cenderung memfokuskan pada kegiatan siswa ( student oriented ), maka teori 3
ini memadukan antara dua komponen tersebut. Teori ini lebih merupakan gabungan
berbagai aspek pembelajaran “ compound view of instruction “, yaitu antara lain
siapa yang melakukan kegiatan mengajar, apa yang akan diajarkan, kepada siapa,
dengan cara apa dan bagaimana mengetahui pengajaran itu berhasil atau tidak.
C. Perkembangan
Teori Mengajar
Teori mengajar secara nyata dibangun
oleh adanya perkembangan dalam teori pendidikan. Adanya dinamika teori pendidikan,
secara langsung juga akan merefleksikan adanya dinamika dan keragaman dalam
memahami teori mengajar.
Secara umum, ada empat aliran
pendidikan ( Sukmadinata, 1997 ). Keempat aliran pendidikan tersebut
bagaimanapun juga akan mewarnai teori pendidikan dan teori mengajar dan secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi konstruk mengajar ( teaching theory
). Keempat aliran pendidikan tersebut adalah :
1)
Pendidikan klasik ( classical education )
2)
Pendidikan pribadi ( personalized education )
3)
Teknologi pendidikan ( technology education )
4)
Pendidikan
interaksional ( interactional education
)
Keempat
aliran pendidikan tersebut, selain mewarnai dan mempengaruhi posisi dan
kedudukan teori mengajar, serta secara langsung mempengaruhi konstruk teori
mengajar. Teori – teori mengajar yang diperoleh dari sudut pandang empat aliran
pendidikan tersebut :
a). Teori mengajar pada
pendidikan klasikal
Dalam
konteks pendidikan ini, tugas guru adalah memilih dan menyajikan materi ilmu
tersebut sesuai dengan perkembangan peserta didik. Guru adalah ahli dalam
bidang ilmu tersebut dan berperan sebagai model nyata. Guru berperan sangat
dominan ia menentukan isi, metode, evaluasi. Sedangkan siswa pasif dan hanya
sebagai penerima informasi atau bahan yang sudah terancang urut dan sistemik.
b). Teori mengajar pada
pendidikan pribadi
Konsep
pendidikan ini adalah anak meupak sentral yang utama dalam program pendidikan.
Oleh sebab itu anak didik merupakan subyek pendidikan, yang harus didengar,
didekati, diapresiasi tentang segala harapan, cita – cita, dan aspirasinya.
Dalam teori pendidikan
pribadi ini, brtolak dari anggapan bahwa peserta didik dilahirkan dan telah
memiliki sejumlah pontensi yang akan berkembang dengan sendirinya. Oleh karena
itu pendidikan harus dianggap sebagai persemaian yang subur untuk mengembangkan
siswa secara menyeluruh.
Salah satu teori
mengajarkan yang melandasi aliran pendidikan ini adalah pendidikan konfluen (
Sukmadinata, 1999 : 87 ) yang menyatakan pendidikan Konfluen menekankan pada
kebutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh ( baik segi pikiran,
perasaan, maupun tindakan ) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.
Beberapa ciri kurikulum Konfluen yang mempengaruhi konstruksi teori mengajar
adalah:
Ø Partisipasi
Ø Integrasi
Ø Relevansi
Ø Pribadi
anak
Ø Tujuan
c). Teori mengajar pada
teknologi pendidikan
Pendidikan
dipengaruhi oleh ilmu dan teknologi. Pendidikan adalah pembentukan dan
penguasaan kompetensi yang beroriientasi pada masa sekarang dan masa yang akan
datang.konsep pendidikan ini mengutamakan konsep segi empiris, informasi
obyektif yang didasarkan pada kaidah yang diamati dan diukur serta dihitung
secara statistik. Dalam teori ini pendidikan adalah ilmu bukan seni. Dengan
demikian pengembangan desain program dalam pendidikan ini mengembangkan kaidah
teknologi pendidikan dengan melibatkan perangkat lunak dan perangkat keras
termasuk audio visual dan media pembelajaran. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar dengan tugas – tugas melakukan pengelolaan pendidikan dan pendalaman
bahan. Pendidikan ini lebih diwarnai oleh the linier – rational model of
instruction ( Burden and Byrd, 1999 26-40 ), walaupun model ini juga merupakan
modifikasi dari konsep mengajar para pendahulunya yang memberikan penekanan
pada pendekatan tradisional dalam mengajar ( tradisional approach in teaching
), seperti halnya Rationla model yang dikembangkan oleh Taba ( 1976 ), Popham
and Baker ( 1970 ), Gagne, Briggs, and Wager ( 1992 )dan Ggne and Driscoll (
1998 ).
d). Teori mengajar pada
pendidikan interaksional
Pendidikan
interaksional menekankan interaksi antara dua pihak atau multi pihak, yaitu
guru, sisiwa, dan lingkungannya sehingga terjadi hubungan yang dialogis dan
interaksional. Guru berperan menciptakan dialog dengan dasar saling mempercayai
dan saling membantu. Bahan ajar banyak diambil dari lingkungan. Siswa diajak
untuk menghayati niali sosial budaya yang ada di masyarakat. Dalam pendidikan
interaksional menekankan pada isi dan proses pendidikan secara sekaligus. Isi
pendidikan terdiri dari problem nyata yang aktual di masyarakat. Sedangkan
proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan
interaksi siswa dengan guru dan lingkungannya termasuk sumber belajar. Interaksional
pada dasarnya berkaitan dengan proses komunikasi, komunikasi suatu prose dimana
partisipan berbagai informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain.
Lasswell ( 1948 ),
Komunikasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan “ Siapa mengatakan atau
mengemukakan apa, dengan saluran komunikasi apa, kepada siapa, dan dengan
dampak apa ( hasil yang dicapai )”.
Shannon dan Weaver
menyebutkan komunikasi adalah semua prosedur tentang pikiran seseorang yang
dapat mempengaruhi pihak lain.
Lawrence Kincaid ( 1979
: 60-66 ) mengembangkan model komunikasi konvergen dengan ciri – ciri adanya informasi,
ketidakmenentuan, konvergen, adanya saling pemahaman, adanya saling
persetujuan, kegiatan bersama, dan hubungan jaringan. Menurutnya komunikasi
adalah susatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi bersama untuk
mencapai suatu kesepakatan bersama.
PENGALAMAN BELAJAR MENGAJAR
Selama
menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, saya merasa kagum dan
bangga dengan berbagai keunikan yang terjadi dalam proses belajar menagajar yang dilakukan oleh saya sebagai mahahasiswa
dan para dosen – dosen. Pengetahuan, pengalaman yang luar biasa yang belum saya
dapat saat masa – masa menjadi seorang siswa, kini pengetahuan dan pengalaman
tersebut saya dapat sekarang ini sebagai mahasiswa. Sebagai calon guru yang
profesional, dituntut untuk bisa mengajar, membimbing peserta didik kearah yang
lebih baik, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi yang
ada di dalam diri mereka sendiri. Di sini saya akan memaparkan sedikit pengalaman
saya saat belajar dan mengajar terhadap
anak – anak usia SD, walaupun jumlah anaknya tidak sebanyak di kelas pada
umumnya, tetapi hal ini sebagai pengalaman yang sangat luar biasa pada saya.
Teori – teori belajar mengajar yang dikemukakan oleh berbagai para ahli ini,
intinya bahwa belajari itu untuk mencapai tujuan yang positif, dengan belajar
akan mendapat berbagi pengetahuan serta pengalaman yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, misalnya anak – anak. Proses belajar dapat dialakukan dimana
saja, sekolah, lingkungan masyarakat bahkan dengan keluarga atau teman sebaya
belajar pun dapat terjadi. Sesuai dengan apa yang saya alami, para anak – anak
khususnya SD ini lebih tertarik, lebih aktif ketika dalam proses belajar
mengajar mereka diajak ikut serta terjun ke lingkungan, jadi mereka akan lebih
bisa memahami, megingat ketika mereka mendapatkan pengalaman langsung, selain
itu mereka juga bisa mencari berbagai informasi sendiri misalnya ketika
pembelajaran IPA tentang lingkungan Biotik dan Abiotik, sebagi guru, bisa
mengajak mereka untuk melihat lingkungan diluar kelas beberapa menit, kemudian
disuruh untuk menulisakan benda – benda disekitar serta menggolongkan
berdasarkan jenisnya ( abiotik atau biotik ). Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang monoton, mislanya dengan ceramah terus menerus saat
pmebelajaran anak pasti akan jenuh dan bahkan ribut sendiri saat guru mengajar
atau menerangkan. Inilah pentingnya kita sebagai calon guru bisa memahami
berbagai situasi dan kondisi yang terjadi saat belajar menagajar, kita harus
pintar menciptakan suasana yang menyenagkan saat proses pembelajaran terjadi,
tidak hanya itu, pendidikan saat ini dituntut agar peserta didik aktif,
kreative, inovatif ( sebagi pusat pembelajaran ).